Bakat anak kecil itu adalah motivasi tanpa ceramah
Anak-anak begitulah masa suci tanpa dosa. Ibarat kertas putih tanpa
coretan dan ibarat kain tanpa noda. Yang terlihat hanya senang,
bahagia, ceria dan menangis seakan tak tahu begitu rumitnya masalah
hidup dari masalah bujang bingung mencari jodoh atau sarjana bingung
mencari pekerjaan atau suami istri bingung dengan rumah tangganya
sendiri. Begitulah anak-anak masa suci yang penuh ilham ilahi.
Siang itu sambil istirahat ku membaca kabar dari situs berita ada
kabar yang membanggakan negeri ini Indonesia yang tercinta. Ada
seorang anak ahli piano yang menakhlukkan lagu sulit karya seniman
terkenal dari Australia. Di usianya yang masih dini dia berhasil
mendapatkan kesempatan menampilkan kebolehan bermain piano di
Australia dimana hanya orang-orang tertentu saja yang bisa berdiri di
atas panggung tersebut. Tentulah kesuksesan anak ini mengharumkan
Indonesia. Kebanyakan kita belum begitu mengenal dengan pianis kecil
ini namun tentulah kita lebih banyak mengenal artis cilik Indonesia
yang sering tampil di televisi. Sebut saja Cinta Uya Kuya dengan
kemampuan sulapnya atau Baim dengan keahlian aktingnya atau kepolosan
Tebe yang mendatangkan rejeki berkat main sinetron. Kita mengenal
mereka hanya sebatas layar kaca terasa dekat namun jauh hakikatnya.
Dari pada jauh-jauh kita mengenal mereka ternyata ada anak-anak kecil
disekitar kita yang juga mempunyai kemampuan layaknya orang dewasa.
Sebagai contoh kecil dialah foto di atas si ahli catur. Febri namanya,
dia anak pelosok dari desa suatu kabupaten Ngawi. Di usia yang baru
sekitar 9 tahun dia berhasil mengalahkan orang dewasa dalam bermain
catur. Bukan hal yang istimewa sebenarnya dengan kemampuan atau bakat
anak ini karena kukira sudah banyak anak seusianya yang sudah atau
lebih prestasinya dalam bercatur. Namun kelebihannya, penulis tahu
orangnya walau hanya sekali bertemu dan dia bukan sanak ataupun
kerabat.
Begitu banyak contoh talenta muda dari layar kaca sampai yang nyata
disekitar kita. Penulis tidak mempelajari bagaimana mereka bisa
melakukan itu namun hanya menjadikan mereka sebagai motivasi alami
tanpa ceramah. Bukan kata-kata yang memotivasi namun kemampuan
merekalah yang mengajarkan penulis untuk tetap tegar menghadapi
peliknya masalah hidup. Jika anak kecil saja sudah berkarya dan sukses
mengapa kita harus menyerah di tengah jalan. Beribu pemikiran kita
menanggapi kenyataan namun pemikiran positif membuat masalah terasa
ringan. Akhirnya moto PLN sebagai penutupnya. Kerja kerja dan kerja^^
Saturday, May 19, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
wis mantab bos... iki areke sokalah kelas berapa
ReplyDeletekelas 4 ndan^^
ReplyDelete